Seni Tari Ende Lio
Seni tari yaitu mengekspresikan rasa lewat tatanan gerak dalam irama musikdan lagu. Dilihat dari tata gerak dan bentukya, tarian Ende Lio dapat dibagikan beberapa jenis diantaranya yaitu :
• Toja :
kelompok Penari menarikan sebuah tarian yang telah ditatar dalam bentuk ragam dan irama musik / lagu untuk suatu penampilan yang resmi
• Wanda :
Penari dengan gayanya masing-masing, menari mengikuti irama musik / lagu dalm suatu kelompok atau perorangan.
• Wedho :
Menari dengan gaya bebas dengan mengandalkan gerak kaki seakan -akan melompat .- Woge : Gerak tari dengan mengandalkan kelincahan kaki dengan penuh energi dan dinamis , dilengkapi dengan sarana mbaku dan sau atau perisai dan pedang /parang.
• Gawi :
Gerak tari dengan menyentakkan kaki pada tanah.
Untuk istilah Toja dan Wanda sebenarnya sama arti yaitu menari, hanya cara dan fungsinya berbeda dan kata wanda unuk suku Lio berari Toja.
Dari generasi ke generasi para insruktur tari/ penata tari telah banyak menciptakan tarian di antaranya yaitu :
Di Kabupaten Ende masih sangat nampak tarian yang sudah dikenal oleh masyarakat luas yang belum dapat kami uraikan satu demi satu.
a. Gawi/Naro
Jenis tarian ini berbentuk lingkaran mengelilingi tubu musu dengan cara berpegangan tangan dan menyentakkan kaki dalam bentuk dua macam ragam yaitu Ngendo dan Rudhu atau ragam mundur dan maju .
Gbr : Tari Gawi yang melambangkan kebersamaan dan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah. Tampak masyarakat adat di Wolowaru
Dalam komposisi bentuk gawi ada bagian -bagiannya yaitu :
o Eko Wawi – Sodha
o Sike – Ana Jara
o Naku Ae Wanda Pau
o Ulu
Susunan dalam Gawi dalam setiap penampilam adalah sebagai berikut : Mega Rema Ba – Oro e – Sodha – Ndeo Oro.Waktu dan jumlah peserta tari gawi / naro tidak ditentukan dan tarian ini biasa diadakan di Koja Kanga pada acara Nggua / seremonial adat, bagi peserta gawi diwajibkan ikut bernyanyi pada bagian oro
b.Tekka Se
Tarian ini bentuknya seperti Gawi/ naro, hanya berupa gerakan kakinya satu ragam dan gerakan putaran lebih cepat dari gawi/ naro. Keunikan dari tekka se, pada bagian tengah lingkaran dinyalakan dengan bara api atau api unggun dan tarian ini diadakan pada setiap acara seremonial di wilayah Nangapanda dan sekitarnya.
c. Wanda/ Toju Paü
Tarian massa penampilan secara perorangan/ individual dalam suatu acara, biasanya menari dengan selendang diiringi dengan musik Nggo wani/ Lamba atau musik feko genda. Biasanya bila penari wanita selesai menari, dia harus memberikan selendang tersebut kepada laki-laki, atau lebih khususnya yaitu Ana Noö, demikian sebaliknya Ana Noö memberi selendang kepada ada eda/ bele untuk menari
d. Neku Wenggu
Tarian ini berbentuk arak-arakan oleh sekelompok penari dalam acara penjemputan atau mengantar sarana paÄ loka/ sesajian atau para tamu dan lain-lain. Bentuk tarian Neku Wenggu sangat banyak dengan masing-masing nama dari setiap daerah di Ende Lio diantaranya yaitu : Napa Nuwa – Poto Wolo – Poto Pala – Wanda Pala – Goro Watu/ Kaju dll. Tarian Neku Wenggu biasanya diiringi dengan lagu Wenggu terdiri dari
………..
e.Tarian Joka Sapa
Tarian ini tergolong tarian nelayan dan juga ada jenis yang sama seperti tarian Manu Tai di Ngalupolo-Ndona. Kekhasan tarian ini, para gadis/ penari dengan pakaian nelayan diiringi dengan musik/ lagu gambus. Adapula tarian nelayan dibawakan oleh masyarakat di pesisir Pantai Ende Selatan/ Utara dengan berbagai nama tarian seperti : Tarian Nelayan – Tarian Irikiki – TarianGetu Gaga – Tarian Manusama – Wesa Pae dll.
….
f. Tarian Mure
Mure artinya saling mendukung, tarian ini terdiri dari para ibu/ gadis dari keluarga mosalaki di Nggela – Pora – Waga pada acara ritual adat memohon hujan. Tarian ini dengan kostum tradisional, lawo tege kasa dan tidak berbaju, musik pengiringnya yaitu Nggo Wani/ Lamba disertai dengan lagu yang khas Wenggu untuk tarian Mure.
…..
g.Tarian Sangga Alu/Assu
Tarian ini awalnya adalah permainan dan lambat laun berkembang menjadi sebuah tarian dan penarinya terdiri dari 2 (dua) pasang muda-mudi disertai dengan seorang ana jara. Dalam penampilan dibutuhkan 4 hingga 8 orang pemain bambu palang dengan cara menyentak dan menjepit secara serentak. Para penari memasukkan kaki/ kepala diantara bambu dari tempo lambat hingga tempo cepat, selanjutnya dipadukan dengan irama lagu serta ana jara menari mengelilingi penari/ pemain bambu palang.
….
h. Jara Angi
Tarian Jara Angi atau kuda siluman dan yang paling populer disebut Tari Kuda Kepang, penarinya terdiri dari anak-anak atau para remaja pria. Penari dilengkapi dengan kuda yang terbuat dari Mbao (selendang pinang) atau daun kelapa yang dianyam dengan bentuk seperti kuda. Tarian ini diawali dengan atraksi lomba pacuan kuda dilanjutkan dengan menari bersama diiringi dengan lagu Ruda Rudhu Redha dengan musik gendang atau Nggo Wani/ Lamba. Keunikan dari tarian ini yaitu para penyanyi menyanyikan lagu dengan kata-kata khusus, juga dinyanyikan dengan not atau tidak mengucapkan kata-kata syair lagu.
….
i. Tarian Pala Tubu Musu
Penari terdiri dari para ibu/ gadis dari setiap keluarga Mosalaki di Wolotopo-Ndona, dengan seorang laki-laki sebagai penari woge untuk upacara Paä Loka atau memberi sesajian di Tubu Musu. Untuk mengiringi tarian ini yaitu, musik/ lagu Nggo Wani/ Lamba dan Nggo Dhengi dan bagian akhir dari tarian ini dengan gawi/ naro atau tandak.
….
j. Tarian Dowe Dera
Tarian Dowe Dera ditarikan pada saat menanam tanaman. Para penari terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu kelompok laki-laki dan kelompok perempuan, dengan upacara ritual adat di tempat Mopo (ditengah-tengah ladang). Penari laki-laki dengan musik gaku, membuat lubang pada tanah, sedangkan para ibu/ gadis mengisi bibit tanaman yang sudah dilubangkan. Tarian ini diiringi dengan lagu Dowe Dera disertai musik Gaku yang terbuat dari bambu (lihat musik gaku) dan penarinya dilengkapi dengan pakaian adat serta aksesorisnya.
….
k. Tarian Napa Nuwa
Tarian ini sebagai luapan kegembiraan dari para pejuang yang telah menang dalam peperangan, penari terdiri dari para pejuang atau beberapa orang laki-laki, dilengkapi dengan alat perang yaitu mbale dan sau atau perisai dan pedang / parang. Tarian ini diawali dengan Neku Wenggu, dilanjutkan dengan Bhea dan woge serta Ruü atau agak dengan sau sambil bergerak dalam bentuk lingkaran. Tarian dari Desa Wolotopo ini diiringi dengan musik Nggo Lamba/ wani dan Lagu Da seko.
….
l. Tarian Ule Lela Nggewa
Judul tarian ini identik dengan judul lagunya yang sangat khas, bila orang mendengar atau menyanyikan lagu Ulu lela Nggewa pasti akan ingat tariannya. Dalam tarian ini penarinya terdiri dari para gadis dan musik pengiringnya hanya sebuah gendang, pada jaman dahulu para leluhur menggunakan batu sebagai musik pengiringnya.Tarian ini telah membawa nama NTT dalam tingkat nasional di Jakarta dibawakan oleh sanggar seni Budaya NTT dan Festival Seni Budaya diberbagai negara dibawakan oleh yayasan budaya bangsa.
….
m. Tarian Woge
Tarian Woge diiringi dengan Nggo lamba/ wani dengan irama yang khas, tarian ini biasanya ditari oleh satu orang atau secara individual pada upacara adat didahului dengan kata-kata/ syair atau bhea. Penari dilengkapi dengan alat-alat perang yaitu mbaku dan sau atau periasai dan pedang/ parang, pada pergelangan kaki diikat dengan untaian woda atau lonceng giring-giring.Dewasa ini dasar dari tarian Woge berkembang menjadi menari secara group dengan tata gerak/ ragamnya serta design lantai digarap dengan berik sehingga menjadi sebuah tarian yang indah.
.
Kekayaan seni tari selain tarian tradisional yang menyangkut upacara adat, adapula para instruktur tari menampilkan karyanya dengan judul dari berbagai jenis burung – berladang – menenun – nelayan dan tari kreasi baru lainnya.
Seni Tari
Oleh : Dewi Kristiana
Kelas : XI S2
No : 08
Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.
Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.
Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.
Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan.
Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.
Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif (Meri:1987, 12). Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.
Kesejalanan yang dikembangkan berhubungan dengan konsep tari masih banyak diperdebatkan. Hal ini terbukti masih belum komplitnya pemahaman tari itu sendiri yang berkembang di masyarakat. Laju pertumbuhan tari memberi corak budaya yang lebih variatif, dinamis, dan sangat beragam intensitas pendalamannya. Oleh sebab itu dalam beberapa tahun ke depan tari menjadi semakin memiliki aura yang diharapkan digali terus menerus.
Dalam perkembangan berikut, tari disampaikan oleh Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah. Sejalan dengan pendapat kedua tokoh terdahulu dalam buku ini, pada prinsipnya masalah ekspresi jiwa masih menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Pernyataaan yang mendasar tentang ekspresi jiwa manusia menjadi salah satu kunci tari menjadi bagian kehidupan yang mungkin hingga waktu mendatang selalu menjadi tumpuhan perkembangannya.
Dalam konteks yang masih sama Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama. Hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari (Soeryodiningrat: 1986, 21). Lebih jauh lagi ditambahkan CurtSach bahwa tari merupakan gerak yang ritmis (CurtSach: 1978, 4).
Tari sering kita lihat dalam berbagai acara baik melalui media televisi (TV), maupun berbagai kegiatan lain seperti pada acara khusus berupa pergelaran tari, paket acara tontonan yang diselenggarakan misalnya oleh Taman Mini Indonesia Indah (TMII), paket acara yang digelar oleh Pasar Seni Ancol, dan acara tontonan dalam kegaiatan kenegaraan maupun acara-acara yang berkaitan dengan keagamaan, perkawinan maupun pesta lain yang berhubungan dengan adat.
Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.
Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara Agama dan Adat.
Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak untu mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya.
Tari pada kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinkmati sebagai bagian dari komunikasi bahasa tubuh. Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa tari untuk memperoleh makna gerak.
Tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian besar di masyarakat. Ibarat bahasa gerak, hal tersebut menjadi alat ekspresi manusia dalam karya seni. Sebagai sarana atau media komunikasi yang universal, tari menempatkan diri pada posisi yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja.
Peranan tari sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai acara yang ada dalam kehidupan manusia memnfaatkan tarian untuk mendukung prosesi acara sesuai kepentingannya. Masyarakat membutuhkannya bukan saja sebagai kepuasan estetis saja, melainkan juga untuk keperluan upacara agama dan adat.
Dalam konteksnya, beberapa unsur gerak tari yang tampak meliputi gerak, ritme, dan bunyi musik, serta unsur pendukung lainnya. John Martin dalam The Modern Dance, menyatakan bahwa, tari adalah gerak sebagai pengalaman yang paling awal kehidupan manusia. Tari menjadi bentuk pengalaman gerak yang paling awal bagi kehidupan manusia.
Media ungkap tari berupa keinginan/hasrat berbentuk refleksi gerak baik secara spontan, ungkapan komunikasi kata-kata, dan gerak-gerak maknawi maupun bahasa tubuh/gestur. Makna yang diungkapkan dapat diterjemahkan penonton melalui denyut atau detak tubuh. Gerakan denyut tubuh memungkinkan penari mengekspresikan perasaan maksud atau tujuan tari.
Elemen utamanya berupa gerakan tubuh yang didukung oleh banyak unsur, menyatu-padu secara performance yang secara langsung dapat ditonton atau dinikmati pementasan di atas pentas. Dengan demikian untuk meperoleh gambaran yang jelas tentang tari secara jelas.
Seperti dikutip oleh M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari. Irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan pencipta tari melalui penari (Jazuli, 1994:44).
Pada dasarnya gerak tubuh yang berirama atau beritmeritme memiliki potensi menjadi gerak tari. Salah satu cabang seni tari yang di dalamnya mempelajari gerakan sebagai sumber kajian adalah tari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan berpindah tempat (Locomotive Movement). Sebaliknya, gerakan di tempat disebut gerak di tempat (Stationary Movement).
Hal lain juga disampaikan oleh Hawkins bahwa, tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya (Hawkins, 1990:2). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa, pengertian tari adalah unsur dasar gerak yang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.
Di sisi lain Sussanne K Langer menyatakan, tari adalah gerak ekspresi manusia yang indah. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu. Apabila ke dua pendapat di atas digabungkan, maka tari sebagai pernyataan gerak ritmis yang indah mengandung ritme.
Oleh sebab itu, tari lahir merupakan ungkapan hasrat yang secara periodik digerakan sebagai pernyataan komunikasi ide maupun gagasan dari koreografer yang menyusunnya.
Sependapat kedua pakar di atas, Corry Hamstrong menyatakan bahwa, tari merupakan gerak yang diberi bentuk dalam ruang. Pada sisi lain Suryodiningrat seorang ahli tari Jawa dalam buku Babad Lan Mekaring Djoged Djawi menambahkan, tari merupakan gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan irama musik (gamelan) diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud tertentu. Soedarsono menyatakan bahwa, tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang diaungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Dengan demikian pengertian tari secara menyeluruh merupakan gerak tubuh manusia yang indah diiringi musik ritmis yang memiliki maksud tertentu.
Dengan demikian dapat diakumulasi bahwa tari adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan musik, diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu dalam tari. Di sisi lain juga dapat diartikan bahwa tari merupakan desakan perasaan manusia di dalam dirinya untuk mencari ungkapan beberapa gerak ritmis.
Tari juga bisa dikatakan sebagai ungkapan ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dibentuk media gerak sehingga menjadi wujud gerak simbolis sebagai ungkapan koreografer. Sebagai bentuk latihanlatihan, tari digunakan untuk mengembangkan kepekaan gerak, rasa, dan irama seseorang. Oleh sebab itu, tari dapat memperhalus pekerti manusia yang mempelajarinya.
Untuk memperoleh pengertian tari lebih mendalam, maka diperlukan informasi tentang unsur tari, aspek tari, dan pendukung tari melalui sumber media dalam bentuk foto-foto, VCD/DVD serta media lain.
Seni Bela Diri Bertongkat
Oleh : Novia Indah Sari
Kelas : XI S2
No : 26
Seni bela diri bertongkat atau yang dikenal sebagai stick fighting adalah sebutan secara umum untuk seni bela diri yang mengunakan bentuk tongkat atau stick, tumpul, senjata genggam, secara keseluruhan terbuat dari bahan kayu atau sejenis untuk keperluan pertarungan seperti toya (tongkat panjang), tongkat sebagai alat bantu para manula, stick sepanjang 40-70 cm atau yang serupa.
Beberapa teknik bisa dilakukan dengan menggunakan payung atau mungkin sebuah pedang yang masih dalam sarung, tetapi bentukan-bentukan senjata sejenis yang lebih berat dan lebih besar diameternyah seperti gada atau gada perang [[besi] diluar materi 'stick fighting' (selama tidak bisa digunakan dengan lebih lincah, karena bentukan yang lebih besar tersebut lebih ke arah impact) Meskipun berbahaya tapi ‘seni beladiri bertongkat’ bisa dimasukkan dalam olahraga yang dipertandingkan, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah adanyah pemakaian pelindung badan dan kepala dalam penerapannya, seperti kendo (Seni bela diri pedang Jepang yang menggunakan pedang bambu yaitu shinai sebagai pengganti pedang tajam)
Bentukan seni beladiri bertongkat
Beberapa seni bela diri yang umum, spt Kung fu (Wushu), Pencak Silat, Aikido dll, juga memasukkan seni bela diri bertongkat dalam kurikulumnya, dalam tradisi Kerala's Kalarippayattu materi stick/senjata dari sejenis kayu adalah senagai dasar pelatihan sebelum meninjak kepada senjata yang lebih berbahaya yaitu senjata tajam.
Seni beladiri bertongkat merupakan satu sejarah panjang sebagai bagaian dari pertarungan perorangan atau sebagai pertarungan masal(perang dalam berbagai budaya masyarakat di belahan dunia, salah satu contohnyah adalah suku di daerah Ethiopia, suku Surma, suku Nyangotam dimana mereka berperang dengan telanjang dada, bahkan memakai tongkat yang diberi tali pada ujungnya.
Di Indonesia (Lombok dan Bali) ada satu bentukan seni beladiri bertongkat yang disebut ujungan/peisian dimana merupakan seni permainan ketangkasan yang dilakukan oleh dua orang jawara. Mereka saling memukulkan (menyabetkan) tongkat rotan ke arah kaki, sambil diiringi oleh tabuhan sampyong yang terdiri dari gambang dan totok (kentongan bambu). Disamping itu terdapat dua orang beboto (pemisah) yang bertugas melerai jika kedua jawara saling bergumul. Sementara penonton disekeliling membentuk kalangan (arena) dan sesekali bersorak riuh, bila ujung rotan mengena dan berhasil menjatuhkan lawan.
Dalam tradisi Eropa ada banyak variasi bentuk metode dalam seni bela diri bertongkat sebagai pertarungan tongkat pendek, dimana tertulis dalam manuscripts oleh para master, beberapa dari sistem stick fighting di eropa sudah tidak dipelajari lagi, tapi ada beberapa yang masih bertahan sampai saat ini, contohnya adalah Jogo do pau dari Portugal, Bâton Français dari Perancis. Sherma di Bastone dari Italia. Trattato teorico e pratico della scherma di bastone yang merupakan buku panduan seni beladiri bertongkat dari Giuseppe Cerri's (1854) adalah satu bentukan seni beladiri bertongkat yang banyak dipengaruhi oleh para master pedang Italia, Achille Marozzo dan juga Francesco Alfieri.
La Canne, adalah satu sistem seni bela diri bertongkat yang dipakai saat ini sebagai sistem pertandingan, bentuk ini diadaptasi dari master Pierre Vigny pada awal th 1900-an yang merupakan bagian dari kurikulum Bartitsu.
Di Amerika selama awal tahun 1900-an, praktisi anggar dan ahli seni bela diri A.C. Cunningham menciptakan satu sistem seni bela diri bertongkat yang unik, dengan media walking cane (tongkat bantu untuk orang tua) dan payung, yang ditulis dalam buku The Cane as a Weapon
Di Inggris, yang diketahui sebagai single stick(tongkay tunggal) atau cudgels, adalah salah satu yang populer pada jamannya, yaitu pada abad 18 sampai awal abad 20, dimana bentukan seni bela diri bertongkat tersebut dipertandingkan juga dalam Olimpiade, meskipun tertarik pada anggar, beberapa pelatih anggar tetap melakukan pelatihan dan mempertandingkan seni bela diri bertongkat, dan pada tahun 1980 seni bela diri bertongkat dikenalkan pada Angkatan Laut Inggris oleh Comander Locker Madden, dan seni bela diri ini pada akhirnyah banyak mempengaruhi seni bela diri di jajahan Inggris pada saat itu.
Amerika Latin juga mengenalkan seni bela diri bertongkat, seperti Juego del Garrote di Venezuela atau Palo do Brazil di Brazil.
Filipino Martial Arts (FMA)
Salah satu seni bela diri bertongkat yang sistem dan metodanya banyak dikenal di dunia, adalah Filipino Martial Arts (FMA): Kali-Eskrima-Arnis, sistem seni bela diri bertongkat dalam FMA adalah satu bentukan yang selaras dengan seni bela diritangan kosong, atau bahkan bentukan senjata tajam dengan berbagai macam bentuk dan ukuran.
Selama ini banyak terjadi salah pengertian, ketika mendengar kata : Kali-Eskrima-Arnis, bayangan sebagian orang adalah hanya pelatihan seni bela diri bertongkat... Kali-Eskrima-Arnis adalah satu seni bela diri yang lengkap, stick bisa digunakan sendiri sebagai senjata tumpul, tetapi seseorang butuh keahlian dari seni bela diri bersenjata tumpul maupun tajam, dan seni bela diri tangan kosong (tendangan, tinju, kuncian, and gulat) dalam semua jarak, dg keadaan apapun (tangan kosong v senjata, senjata v senjata dll)
Panatukan/Pangamot merujuk kepada keahlian tangan Sikaran/Pananjakman memerujuk kepada keahlian tendangan Dumog merujuk kepada keahlian bergulat dan membanting lawan
bentukan tongkat yang digunakan dalam FMA disebut sebagai olisi atau baston, yang terbuat dari rotan, berdiameter 1.5 - 2.5 cm, sepanjang lengan dari bahu sampai ujung telapak tangan (70 cm)
Seni beladiri bertongkat di berbagai negara
Secara berurutan sesuai abjad:
* Modern Arnis | Arnis (Filipina)
* Bartitsu (Inggris, Swiss/Prancis dan Jepang)
* Bata (Irlandia)
* Canne de combat (Prancis)
* Bâton français (Prancis)
* Bōjutsu (Jepang|Okinawa)
* Calinda (Karibia|Trinidad)
* Dravidian martial arts (Dravidia)
* Egyptian stick fencing (Mesir)
* Eskrima (Filipina)
* Gun | toya (China)
* Hanbo (Jepang)
* Jogo do pau (Portugis)
* Jojutsu (Jepang)
* Juego del Palo (Pulau Canary)
* Kendo (Jepang)
* La canne (Prancis)
* Makila (Basque)
* Nguni stick fighting (Afrika Selatan)
* Quarterstaff (Inggris)
* Shillelagh (Irlandia)
* Silambam (Tamil)
* Society for Creative Anachronism activities
* SCA rattan weapons (Amerika Serikat)
* Tamil Martial Arts (Tamil)
Search This Blog
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments
Post a Comment