Search This Blog

kompos

26/04/2010

Salah satu dari pola hidup hijau yang dapat kita laksanakan adalah mengelola sampah organic rumah tangga, dengan membuatnya menjadi kompos.

Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organic organic.
Pembuatannya tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya. Hanya memerlukan persiapan pendahuluan, sesudah itu kalau sudah rutin, tidak merepotkan bahkan selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli.

Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang, halaman menjadi asri dan teduh. Hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan.

Bagaimana Kompos Terjadi
Sampah organic secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.

Peralatan
Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.

Cara Pengomposan

- Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
- Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
- Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
- Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
- Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.

Yang perlu diperhatikan dalam proses pengomposan ialah:
a)  Kelembaban timbunan bahan kompos. Kegiatan dan kehidu­pan mikrobia sangat dipengaruhi oleh kelembaban  yang cukup, tidak terlalu kering maupun basah atau tergenang.
b)  Aerasi timbunan. Aerasi berhubungan erat dengan ke­lengasan. Apabila terlalu anaerob mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja, mikrobia aerob mati atau terhambat pertumbuhannya. Sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk ke dalam timbunan bahan yang dikompos­kan umumnya menyebabkan hilangnya nitrogen relatif banyak karena menguap berupa NH3
c)  Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 60 0C). Selama pengomposan selalu timbul panas sehingga bahan organik yang dikomposkan temparaturnya naik; bahkan sering temperatur mencampai 60 0C. Pada temperatur tersebut mikrobia mati atau sedikit sekali yang hidup. Untuk menurun­kan temperatur umumnya dilakukan pembalikan timbunan bakal kompos.
d)  Suasana. Proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-asam organik, sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan mempunyai dampak netralisasi kemasaman.
e)  Netralisasi kemasaman sering dilakukan dengan menambah bahan pengapuran misalnya kapur, dolomit atau abu. Pemberian abu tidak hanya menetralisasi tetapi juga menambah hara Ca, K dan Mg dalam kompos yang dibuat.
f)   Kadang-kadang untuk mempercepat dan meningkatkan kuali­tas kompos, timbunan diberi pupuk yang mengandung hara terutama P. Perkembangan mikrobia yang cepat memerlukan hara lain termasuk P. Sebetulnya P disediakan untuk mikrobia sehingga perkembangannya dan kegiatannya menjadi lebih cepat. Pemberian hara ini juga meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan karena kadar P dalam kompos lebih tinggi dari biasa, karena residu P sukar tercuci dan tidak menguap.
Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.
Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.

 kompos sampah hijau

kompos yang sudah jadi



kompos tahi sapi



kompos siap jual



mini garden


Mini garden atau kebun mini yang dimaksud dalam tulisan ini pada dasarnya sama dengan yang akan dijelaskan pada terrarium. Kedua-duanya merupakan suatu system cara tanam dengan pengaturan spesifik untuk dinikmati di dalam ruangan atau di teras rumah. Mini garden menggunakan wadah terbuka dari berbagai bentuk maupun bahan. Dapat bundar, persegi atau tidak beraturan dengan bahan dari keramik, plastic, bahan terra kota, pot tanah, atau lainnya. Tambah unik bahan dan bentuk akan tambah menarik.
           
Perbedaan utama antara mini garden dan terrarium adalah bahwa terrarium menggunakan tempat yang tertutup dari bahan transparan misalnya kaca/gelas. Bentuknya sendiri dapat berupa gelas bundar besar, gelas anggur, botol aneka parfum atau bentuk-bentuk gelas/botol unik lainnya. Dapat juga berbentuk persegi dengan menggunakan model aquarium. Memang antara aquarium dan terrarium bedanya hanya kata dasar aquarium berasal dari kata Latin aqua atau air sedangkan terrarium dari kata Latin terra atau tanah.

Wadah yang digunakan untuk terarium tidak memiliki lubang pengeluaran air atau drainase sehingga perlu bahan untuk penyerapan air untuk dasar pot yaitu kerikil, pasir, arang dan potongan/pecahan pot tanah/genteng sebagai dasar penyerap air. Untuk bagian atas gunakan campuran biasa untuk menanam yaitu tanah, bahan organic/pupuk kandang. Pemberian air harus berhati-hati jangan sampai kebanyakan. Bahan tanaman yang diperlukan dapat sangat bervariasi dari mulai jenis lumut-lumutan, supplier, tanaman merambat, tanaman berkayu, kaktus dsb. Penting diperhatikan jenis tanaman di dalam satu wadah harus yang ‘sejenis’ dalam hal kecepatan tumbuh, keperluan cahaya maupun keperluan air. Akan sangat memudahkan pemeliharaan apabila kecepatan tumbuh tanaman lambat atau karena jenis tanaman yang kita gunakan adalah tanaman kecil bukan tanaman yang masih kecil. Bentuk dan warna daun maupun percabangan dan canopy dapat diatur dengan selera dan kreativitas serta rasa seni masing-masing. Perlu diingat pula bahwa untuk mini garden biasanya berupa tanaman daun karena kalau tanaman bunga, umumnya umur pendek atau tanaman yang tmbuh normal. Sebenarnya tipe mini garden/terrarium dapat juga dikombinasikan dengan hewan peliharaan misalnya kura-kura mini.
Berikut tahapan pengerjaan dan pemeliharaan (khusus untuk mini garden):
1. Isi pot/wadah dengan bahan dasar campuran kerikil, pasir, arang dan pecahan pot/genteng kira-kira seperlima tinggi pot.
2. Masukkan campuran media tanah dengan ketinggian menyesuaikan jenis tanaman
3. Secara hati-hati tanam bibit/bahan tanaman yang sudah kita siapkan, atur komposisi warna, bentuk maupun point of interestnya
4. Jika sudah pas susunannya, gunakan semprotan untuk membuat kelembaban
5. Dapat ditambahkan hiasan batu warna-warni, kerang-kerangan, dsb.
6. Letakan ditempat dengan penyinaran cukup sesuai kebutuhan tanaman, dan tidak kena cahaya matahari langsung
7. Penyemprotan/pemberian air seperlunya saja mungkin seminggu 1-2 kali tergantung jenis tanaman
8. Jika diperlukan bagian tanaman yang tumbuh ‘liar’ dapat dipangkas, dan daun tua dibersihkan
9. Selamat mempraktekan, semoga menyenangkan.

 Berikut beberapa contoh mini garden berbagai ukuran.
Ukuran kecil utk di meja belajar

ukuran sedang

ukuran taman belakang